Singapura mengungkap kasus pencucian uang terbesar dalam sejarah, dengan jumlah uang yang terlibat mencapai 12,8 miliar yuan
Singapura baru-baru ini berhasil membongkar kasus pencucian uang terbesar dalam sejarah negara itu, dengan jumlah yang terlibat meningkat dari awalnya 5,4 miliar yuan menjadi 12,8 miliar yuan. Kasus ini menarik perhatian luas, tidak hanya karena jumlah yang terlibat yang sangat besar, tetapi juga karena jaringan kriminal yang kompleks dan dampak internasional yang terlibat.
Pada 15 Agustus, polisi Singapura mengerahkan lebih dari 400 petugas penegak hukum untuk melakukan operasi mendadak di berbagai lokasi di seluruh negeri. Dalam operasi tersebut, polisi menangkap 10 tersangka utama dan menyita sejumlah besar properti dan aset. Seiring dengan berkembangnya penyelidikan, jumlah orang yang terlibat meningkat menjadi 34, dan aset yang disita terus bertambah, termasuk 110 properti, 62 kendaraan, sejumlah besar uang tunai, perhiasan, dan aset virtual.
Sepuluh tersangka utama yang ditangkap semuanya berasal dari daerah Minnan, Fujian, China, yang disebut "Banda Fujian". Geng ini telah memasuki Singapura sejak 2017 dan dengan cepat menancapkan kaki di sana, membeli rumah mewah dan mengelola beberapa perusahaan. Metode pencucian uang mereka bervariasi, termasuk melalui pengelolaan toko, investasi properti, dan pencucian uang melalui kasino.
Survei menunjukkan bahwa dana ilegal ini terutama berasal dari perjudian online dan kegiatan penipuan. Di antaranya, Wang Shuiming dan Su Haijin adalah dua tokoh yang paling mencolok. Wang Shuiming cukup terkenal di bidang perjudian online, pernah mengelola beberapa kelompok perjudian di Filipina dengan jumlah karyawan mencapai ribuan orang. Su Haijin adalah salah satu pemimpin penipuan online di Filipina, sekaligus sosok yang pandai bersosialisasi dan memamerkan kekayaan.
Kasus ini mengungkapkan kekurangan Singapura dalam hal pencucian uang dan pemeriksaan imigrasi. Beberapa orang yang ditangkap memegang paspor dari beberapa negara, di mana beberapa di antaranya bahkan sudah dicari oleh polisi Tiongkok. Peristiwa ini memicu diskusi luas di masyarakat Singapura, di mana orang-orang merasa marah terhadap kehidupan mewah para penjahat, dan menganggap bahwa dana ilegal ini memperburuk inflasi, merugikan negara dan warga negara yang mematuhi hukum.
Pemerintah Singapura sangat memperhatikan masalah ini. Menteri Hukum dan Dalam Negeri K. Shanmugam menyatakan bahwa Singapura akan mengambil langkah-langkah yang lebih ketat untuk mencegah penyalahgunaan sistem keuangan. Sementara itu, industri perbankan juga mulai memperketat pemeriksaan akun untuk warga negara tertentu, termasuk pelanggan berkewarganegaraan Tiongkok.
Untuk industri cryptocurrency, karena kasus yang melibatkan penggunaan USDT untuk Pencucian Uang, diperkirakan Singapura akan semakin memperketat regulasi terhadap mata uang virtual.
Menurut hukum Singapura, setelah tuduhan terbukti, pelanggar akan menghadapi denda yang tinggi dan penjara yang lama. Terdakwa akan menjalani hukuman di Singapura, dan setelah menyelesaikan masa hukuman, mereka mungkin akan dideportasi kembali ke negara asal paspornya.
Kasus ini tidak hanya merupakan tonggak dalam sejarah penegakan hukum Singapura, tetapi juga memberikan wawasan penting bagi upaya anti-Pencucian Uang global. Ini menyoroti pentingnya memperkuat kerja sama lintas negara dan meningkatkan regulasi keuangan di tengah lingkungan keuangan internasional yang semakin kompleks.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
9 Suka
Hadiah
9
5
Bagikan
Komentar
0/400
MoneyBurnerSociety
· 2jam yang lalu
Keluarga kami yang selalu mengalami kerugian akhirnya bukan yang paling rugi lagi.
Lihat AsliBalas0
LiquidationWatcher
· 2jam yang lalu
omg sama seperti 2022 lagi... tetap aman fam dan perhatikan txns mu
Lihat AsliBalas0
RumbleValidator
· 2jam yang lalu
Kerentanan USDT ini sangat fatal, regulasi harus mengikuti iterasi teknologi.
Kasus pencucian uang senilai 12,8 miliar SGD di Singapura: Peringatan tentang Fujian Gang, USDT, dan regulasi keuangan.
Singapura mengungkap kasus pencucian uang terbesar dalam sejarah, dengan jumlah uang yang terlibat mencapai 12,8 miliar yuan
Singapura baru-baru ini berhasil membongkar kasus pencucian uang terbesar dalam sejarah negara itu, dengan jumlah yang terlibat meningkat dari awalnya 5,4 miliar yuan menjadi 12,8 miliar yuan. Kasus ini menarik perhatian luas, tidak hanya karena jumlah yang terlibat yang sangat besar, tetapi juga karena jaringan kriminal yang kompleks dan dampak internasional yang terlibat.
Pada 15 Agustus, polisi Singapura mengerahkan lebih dari 400 petugas penegak hukum untuk melakukan operasi mendadak di berbagai lokasi di seluruh negeri. Dalam operasi tersebut, polisi menangkap 10 tersangka utama dan menyita sejumlah besar properti dan aset. Seiring dengan berkembangnya penyelidikan, jumlah orang yang terlibat meningkat menjadi 34, dan aset yang disita terus bertambah, termasuk 110 properti, 62 kendaraan, sejumlah besar uang tunai, perhiasan, dan aset virtual.
Sepuluh tersangka utama yang ditangkap semuanya berasal dari daerah Minnan, Fujian, China, yang disebut "Banda Fujian". Geng ini telah memasuki Singapura sejak 2017 dan dengan cepat menancapkan kaki di sana, membeli rumah mewah dan mengelola beberapa perusahaan. Metode pencucian uang mereka bervariasi, termasuk melalui pengelolaan toko, investasi properti, dan pencucian uang melalui kasino.
Survei menunjukkan bahwa dana ilegal ini terutama berasal dari perjudian online dan kegiatan penipuan. Di antaranya, Wang Shuiming dan Su Haijin adalah dua tokoh yang paling mencolok. Wang Shuiming cukup terkenal di bidang perjudian online, pernah mengelola beberapa kelompok perjudian di Filipina dengan jumlah karyawan mencapai ribuan orang. Su Haijin adalah salah satu pemimpin penipuan online di Filipina, sekaligus sosok yang pandai bersosialisasi dan memamerkan kekayaan.
Kasus ini mengungkapkan kekurangan Singapura dalam hal pencucian uang dan pemeriksaan imigrasi. Beberapa orang yang ditangkap memegang paspor dari beberapa negara, di mana beberapa di antaranya bahkan sudah dicari oleh polisi Tiongkok. Peristiwa ini memicu diskusi luas di masyarakat Singapura, di mana orang-orang merasa marah terhadap kehidupan mewah para penjahat, dan menganggap bahwa dana ilegal ini memperburuk inflasi, merugikan negara dan warga negara yang mematuhi hukum.
Pemerintah Singapura sangat memperhatikan masalah ini. Menteri Hukum dan Dalam Negeri K. Shanmugam menyatakan bahwa Singapura akan mengambil langkah-langkah yang lebih ketat untuk mencegah penyalahgunaan sistem keuangan. Sementara itu, industri perbankan juga mulai memperketat pemeriksaan akun untuk warga negara tertentu, termasuk pelanggan berkewarganegaraan Tiongkok.
Untuk industri cryptocurrency, karena kasus yang melibatkan penggunaan USDT untuk Pencucian Uang, diperkirakan Singapura akan semakin memperketat regulasi terhadap mata uang virtual.
Menurut hukum Singapura, setelah tuduhan terbukti, pelanggar akan menghadapi denda yang tinggi dan penjara yang lama. Terdakwa akan menjalani hukuman di Singapura, dan setelah menyelesaikan masa hukuman, mereka mungkin akan dideportasi kembali ke negara asal paspornya.
Kasus ini tidak hanya merupakan tonggak dalam sejarah penegakan hukum Singapura, tetapi juga memberikan wawasan penting bagi upaya anti-Pencucian Uang global. Ini menyoroti pentingnya memperkuat kerja sama lintas negara dan meningkatkan regulasi keuangan di tengah lingkungan keuangan internasional yang semakin kompleks.